Rabu, 19 Oktober 2011

Ketika Cinta Datang Menerpa

Detik berdetak menggertak
Terbesit sesosok makhluk
Mengitari peradaban samudra ini
Lama tak kutanggapi
       Melati hadir dengan sejuta bayang
       Mengujam derasnya deburan ombak
       Mengalahkan kencangnya terpaan angin
       Sayang..Lama tak ku tanggapi
Sekian lama melati pergi
Kini datang kembali
Mengisi hari sepi nan sunyi
Melati menghinggapiku lagi
        Tak akan ku lepas kesempatan ini
        Melati akan kujaga sampai mati
        Tak peduli ajal menanti
        Kan kubawa Melati kehadapan Illahi

Menanti Kekuatan atau Mempertahankan Kegelisahan

          Roda kehidupan terus berputar, dan pasti akan terus berputar sampai semuanya berakhir. Selanjutnya alam lain menanti dan membayangi langkah setiap manusia. Tak terkecuali diriku. Saat ini, aku masih tetap berdiri. Menatap semua gelora kehidupan yang kadang membuai kadang juga menghempas. Aku masih berada pada standing foot semua prinsip-prinsip hidup yang ku buat kala itu. Dimana hijau masih berkata pada hijau, merah masih berkata pada merah, dan seterusnya. Sayang, tak kusangka semua itu terguncang begitu hebat. Nyaris tak terkendali. Bagai tsunami, tornado, irene beserta kroni-kroninya. Itu semua bagaikan satu kesatuan waktu yang terus menghimpitku, terus sampai detik ini. Mempererat komunikasi dengan-Nya lalu diam. Mungkin itu bisa menjadi sebuah solusi.
        Kenikmatan beberapa haru yang lalu perlahan mulai menjauh. Kini hanya tangisan yang ku dengar. Orang-orang termenung sambil memijit-mijit kepala yang ku lihat. Bau asap rokok yang tercium dan gundah gulana yang ku rasakan. Aku pernah mendengar, dengan daun telinga sendiri jika dibalik kesulitan terdapat kemudahan. Setidaknya kata mutiara itulah yang berusaha ku pegang erat-erat saat ini.
          Aku tahu, yang ku alami saat ini tak terlalu sulit bagi sebagian orang dan tak terlalu mudah pula bagi sebagian orang lainnya. Untuk dilalui. Aku pun harus sadar bahwa yang aku alami saat ini adalah suatu prosedur yang sudah menjadi ketetapan-Nya terhadap jalan hidupku. Seharusnya aku malu kepada-Nya atas segala tingkah laku yang tidak sesuai syari’at-Nya. Sebaiknya aku tegar, berada pada standing foot yang ku buat sendiri dan takkan ku coba tuk ingkari.
           Bagiku, kekuatan itu tidak datang dengan sendirinya, kekuatan itu datang ketika kita menghampirinya. Kegelisahan bagiku bukan sesuatu yang pantas untuk dipertahankan, karena kegelisahan itu hilang ketika kita menghanghancurkannya.


Dua gunung serasa menghimpitku
            Menjepit dalam ketidakberdayaan
Ingin ku menjerit
Mulut masih terkunci
Pahit masih menjalar dalam raga ini
Pucat masih menggelayuti jiwa ini
            Aku ingin menangis
            Menumpahkan semuanya
            Aku ingin menangis
            Melampiaskan perih ini
Ahh..
Aku ini lelaki
Bukankah lelaki tak pantas untuk menangis
Ku coba tegar
Tenang
Mencoba membongkar
Hikmah dari semua ini