ROMANSA RETORIKA
Bingkai-bingkai
nafas kehidupan mulai terasa di ujung hari-hari ini. Aku pernah berujar jika bulan ini aku siap dibully. And..that’s true! Aku
benar-benar merasakannya, hanya sepercik. Namun cukup berasa.
Aku
mencoba memahami apa yang mereka tangkap dari jejak-jejak langkah kecilku.
Pelan tapi pasti aku mulai merangkai nada-nada sumbang yang mulai mengintervensi. Kalian pikir aku tergoda? Sama sekali tidak.
Banyak
yang menyangka aku masih mencari ikan-ikan di kolamnya. Nyatanya, kalian tidak
tahu bagaimana versi yang sebenarnya. Hanya mendengar dari salah satu sisi
tanpa memandang betapa erotisnya teori kompartif. Akhirnya, malah kalian sendiri yang terjerembab dalam fitnah yang akan terbawa sampai mati.
Aku
bukanlah lembu, yang terjun ke lubang yang sama. Pengalaman dan nurani
membimbingku untuk berjalan melawan arah mata angin. Walau badai terus kau
tiupkan dari berbagai media sosial. Aku tak peduli. Kamu kan intim dengannya,
sedangkan aku?
Terlalu lama berperan menjadi tokoh antagonis dalam cerita imajinasimu. Sejak pertama kita bertemu. Dari
awal kita berbagi dunia, sampai aku sudah tahu kemana arah langkahmu.
Rasanya,
aku sudah benar-benar siap untuk mendistribusikan rasa laparku terhadap jalan
yang benar. Nyaman tanpa tekanan maupun kekangan. Lurus tanpa belokan yang kadang mematikan. Netral, tanpa memihak siapapun kecuali kebenaran!
Tuhan,
maafkanlah mereka. Karena tidak tahu apa yang mereka rasakan.