SOFA TANPA BUSA
Rasa
kantuk yang ku paksakan semoga tidak berdampak terhadap riwayat
penyakit yang sempat membuatku terperangah. Sepertinya
begitu banyak angin yang berada di tubuhku, rasanya seperti balon gas. Ingin membumbung tinggi namun tertahan atap kos-kosan. Malam ini langit masih merona
namun terdiskriminasi oleh panas yang tak berani menguap. Persis sepertimu.
Ngantuk sekali
aku malam ini, sampai-sampai kedipan mataku tak seiring sejalan dengan gelora imajinasi
yang kian meletup. Aku masih akan bergerilnya sampai larut malam, berselancar di
atas seprei tak berlantai. Kala penyamun-penyamun datang dan mulai menggodaku untuk
terlibat dalam kongkalikong, ku putuskan untuk rolling posisi. Pindah di atas sofa bertumpuk jerami. Sambil meraba
duri yang terselip diantara satu atau dua tumpukannya.
Tanpa kusadari
tetesan-tetesan air merah bercampur dengan peluh mulai terasa perih. Jari tanganku
mulai tergores lalu ku balut dengan dengan plastik bekas bungkus tempe. Sedikit
perih memang, tapi ku tahan dan lama-kelamaan rasa ini menjadi biasa saja.
Di atas sofa
aku mulai menikmati secangkir kopi ditemani lagu kesayangan, mencoba membaur
dengan malam. Kantuk yang mulai tertahan, memberiku kesempatan untuk
membandingkanmu. Aku perhatikan satu demi satu slide pose-pose yang kau kirimkan ke aku. Hmm.. That’s bad job!
Kesalahanku
terbayar ketika rasa kantuk ini kembali menggerayahi. Mencoba menggagahi alam
bawah sadarku. Jelas ini sebuah pelecehan psikologis! Tapi aku mau mengadu
kemana?
Alon-alon asal kelakon, jejak kakiku
mulai beranjak. Bukan gelar yang aku cari, melainkan sebuah paradigma terhadap
mosi tidak percaya. Tahun ini sungguh terasa aneh bagiku. Aku memilih jalan
yang berbeda dari biasanya walau naluriku berkata lain. Aku tidak peduli.
Aku tetap banderol
dirimu persis seperti nomor urut presentasiku. Tidak boleh kurang, syukur bisa
lebih. Reviku yang tomboi, terima
kasih atas kesetiaanmu kepadaku selama ini. Aku tahu, aku salah. Aku tahu, kamu
kecewa. Tapi kamu juga harus tahu, ekspektasiku berbanding terbalik dengan
kapasitasmu. Reviku yang tercinta,
selamat jalan. Semoga kau mendapatkan Tuan yang lebih baik daripada aku. Maafkan
aku kawan. All of about you always stay
in my heart. Aku berharap memimpikanmu malam ini.
Yk, 24-03-13