ADA YANG (TIDAK)
BERBEDA
Bulan
ini aku mengalami proses pendewasaan yang cukup lebat. Seharusnya aku sadari
itu, namun sepertinya aku terlambat merespon. Keterlambatan merespon sesuatu
yang sering aku lihat di pertandingan sepak bola berakibat pada terciptanya
blunder yang menyebabkan kekalahan. Dan aku tidak ingin itu terjadi. Aku ingin
menjauh dari adegan-adegan seperti itu.
Jauh
mata memandang, tersirat sepercik cahaya sentosa. Memancar vertikal. Aku berada
di tengahnya. Katalis yang tepat untuk beban berat yang menumpuk di pundak ini.
Aku ingin belajar menjadi reaktor yang santun. Bukan yang hanya mengatasnamakan
kepentingan rakyat atau yang lebih parah mengatasnamakan agama. Aku tidak mau.
Negara ini tidak membutuhkan nuklir untuk menghancurkan kenestapaan.
Terang
sinar rembulan tidak lagi elok di mataku. Karena setiap malam yang aku lewati
ternyata tidak pernah ada yang berbekas. Semua lepas bersama terbitnya fajar.
Terpejam bersama gelapnya malam. Terbang bersama angan, seperti layang-layang.
Gemercik air hujan belum terdengar malam ini. Yang kudengar hanya tetesan-tetesan air bak yang membanjiri
lantai kamar mandi. Hanya lagu-lagu galau
yang berkumandang setiap malam di sini. Parah. Studio galau yang sempat tertidur, kini bangun (lagi).
Sebenarnya
sudah banyak rencana matang yang akan aku jalani, namun masih terganjal oleh
birokrasi dan materi. Jujur, aku sangat kehilangan revi. Bulan ini masih sama dengan bulan-bulan sebelumnya. Penuh
dengan warna-warni lampu bangjo. Berlika-liku
seperti jalan tol Cipularang. Dan
bertekstur seperti gorengan di angkringan Pak
2152215. Tanpa revi disisiku.
Bulan
depan, sudah kuprediksi jika nikmatnya aroma bullying akan mulai menerpaku beberapa hari kedepan. Sudah ada yang
menjadi aktris, kemarin. Sayang, aku sudah siap mental. Tegas kukatakan. Bulan
ini aku siap dibully.