Tok..tok..tok.. (Bahasa
Verbal yang Disamarkan)
Aku
teringat pada kata-kata seseorang yang aku dengar beberapa hari yang lalu bahwa
di dunia ini terlalu banyak hal unik yang tak terekam oleh kita. Setelah aku
pikir..pikir..dan pikir lagi. Aku ingat-ingat, ternyata memang sudah banyak hal
yang terlewatkan selama hidupku di dunia ini. Satu hal yang paling ‘telak’ aku
lewatkan yaitu kode. Atau sederhananya, sesuatu yang disampaikan secara
disamarkan. Contoh konkretnya, misal Andi bertanya padaku. “Gimana kabar?” lalu aku jawab tidak dengan ucapan. Tapi dengan
mengacungkan jempol. Artinya baik. Sehat. Aman. Terkendali. *^.
Aku
pernah bilang, jika aku suka dunia intelejen. Jadi jangan salahkan jika banyak
sms-sms di inbox teman-temanku yang sering aku sadap. (Jail level awas!). Entah
rasa ingin tahuku yang terlalu tinggi atau ekspektasi terhadap sesuatu yang
membayangiku terlalu besar. Sampai saat ini pun aku tak tahu apa penyebabnya.
Yang jelas, aku ingin, jika mereka hanya mengetahui telur ulat itu di balik
daun. Aku bilang dengan tegas jika ulat tidak bertelur!
Aku
sudah lama tidak berjumpa dengan teman-teman ‘di luar’ sana. Dua tahun
terakhir, kuhabiskan dengan menjelajah lorong-lorong sempit berminoritas. Butuh
nyali dan materi yang banyak untuk menyalurkan hobiku itu. Walau banyak yang
menganggap sebelah mata, toh aku masih punya teman untuk berpetualang. Sudah
banyak kode-kode yang aku cerai beraikan. Namun, aku rasa itu masih sebagian kecil.
Setiap
hari aku dicekoki dengan bunyi-bunyi
khas perkampungan kota. Tercium sedikit kebisingan dalam laju interaksi sosial
masyarakat di sini. Aku sudah mencoba mencari beberapa narasumber dari dulu. Namun,
rasanya info yang aku dapat belum memuaskan. Aku masih harus berni mendobrak
benteng-benteng tangguh di sekitarku. Aku yakin kode itu ada di sana. Pelan
tapi pasti, waktu terus merambat. Dunia yang aku geluti memang tanpa basa-basi.