@LuarNegeri_ngimpi
Ketika
terik matahari mulai menepi, angin berhembus tenang. Semilir merepa setiap
nafas yang termekarkan. Seorang abg mematung di pojok kelas.
Angannya
terbang melintasi dinding-dinding kelas. Meninggi menembus atap sekolah yang
lusuh. Matanya terpejam, tenang. Ia begitu menikmati sensasi itu. Dan, kenikmatan nampaknya mendekati klimaks. Badannya semakin rileks. Dengan mata telanjang,
ia terlihat sangat kenikmatan apa yang ia rasakan. Pelan-pelan mulutnya mulai
terbuka. Tanpa disadari, seisi kelas mengamati gerak-geriknya. Mereka seolah
ingin tahu, apa yang selanjutnya terjadi. Klimaks yang ia inginkan pun semakin
mendekati kenyataan. Dan... Nggroookkkk!!!!
Seisi
kelas tertawa.
“Joni!
Bangun!” bentak wanita berpostur gemuk berkacamata tebal itu.
Ia
pun kaget setengah mati. Seisi kelas masih saja tertawa.
“Diam!
Diam semua!” gertak wanita itu lagi.
“Joni!”
“I..i..ya..
Bu,” jawab Joni.
“Apa
yang kamu lakukan hah?”
“Sedang
diajar malah tidur, ngorok lagi!”
Beberapa
teman sekelas Joni masih terlihat cengengesan.
“Maa..maaf
Bu,” ucap Joni lirih.
“Kamu
mimpi apa tadi sampai ngorok kaya
gitu?”
“A..aa..nu..
Bu.”
“Anu
apa?”
“A..a..nu..
Saya mimpi ke Singapura Bu,” jawab Joni polos.
Seisi
kelas pun kembali geger. Mereka sangat terhibur dengan parodi Joni. Ada yang
semakin mentertawakannya, adapula yang mencibirnya.
“Alah,
kamu ini ngaco!”
“Ikuti
pelajaran dengan benar, jadi anak yang pandai, kuliah di universitas yang
bagus, jadi mahasiswa yang aktif, baru kamu bisa ke Singapore.”
“Tapi
saya tidak mau seperti itu Bu,” timpal Joni.
“Lho
memang kenapa?”
Seisi
kelas diam.
“Saya anak
yang biasa-biasa saja Bu, jika kuliah pun paling di universitas yang
biasa-biasa saja. Dan, jadi mahasiswa yang biasa-biasa pula.”
“Itu namanya
tidak berprestasi.”
“Bagi saya,
prestasi bukan menjadi anak yang pandai, kuliah di universitas ternama, jadi
mahasiswa aktif, lalu go international.”
“Biarkan itu
menjadi jalan hidup mereka yang kebal terhadap politisasi, kriminalisasi, dan
diskriminasi.”
“Saya mau di
Indonesia saja, bersama orang-orang yang dilupakan, tertindas di negerinya
sendiri, bermimpi ke luar negeri pun tak pernah.”
“Tapi masih
punya hati nurani!”