Jumat, 24 Mei 2013


@LuarNegeri_ngimpi
                Ketika terik matahari mulai menepi, angin berhembus tenang. Semilir merepa setiap nafas yang termekarkan. Seorang abg mematung di pojok kelas.
                Angannya terbang melintasi dinding-dinding kelas. Meninggi menembus atap sekolah yang lusuh. Matanya terpejam, tenang. Ia begitu menikmati sensasi itu. Dan, kenikmatan nampaknya mendekati klimaks. Badannya semakin rileks. Dengan mata telanjang, ia terlihat sangat kenikmatan apa yang ia rasakan. Pelan-pelan mulutnya mulai terbuka. Tanpa disadari, seisi kelas mengamati gerak-geriknya. Mereka seolah ingin tahu, apa yang selanjutnya terjadi. Klimaks yang ia inginkan pun semakin mendekati kenyataan. Dan... Nggroookkkk!!!!
                Seisi kelas tertawa.
                “Joni! Bangun!” bentak wanita berpostur gemuk berkacamata tebal itu.
                Ia pun kaget setengah mati. Seisi kelas masih saja tertawa.
                “Diam! Diam semua!” gertak wanita itu lagi.
                “Joni!”
                “I..i..ya.. Bu,” jawab Joni.
                “Apa yang kamu lakukan hah?”
                “Sedang diajar malah tidur, ngorok lagi!”
                Beberapa teman sekelas Joni masih terlihat cengengesan.
                “Maa..maaf Bu,” ucap Joni lirih.
                “Kamu mimpi apa tadi sampai ngorok kaya gitu?”
                “A..aa..nu.. Bu.”
                “Anu apa?”
                “A..a..nu.. Saya mimpi ke Singapura Bu,” jawab Joni polos.
                Seisi kelas pun kembali geger. Mereka sangat terhibur dengan parodi Joni. Ada yang semakin mentertawakannya, adapula yang mencibirnya.
                “Alah, kamu ini ngaco!”
“Ikuti pelajaran dengan benar, jadi anak yang pandai, kuliah di universitas yang bagus, jadi mahasiswa yang aktif, baru kamu bisa ke Singapore.”
                “Tapi saya tidak mau seperti itu Bu,” timpal Joni.
                “Lho memang kenapa?”
                Seisi kelas diam.
“Saya anak yang biasa-biasa saja Bu, jika kuliah pun paling di universitas yang biasa-biasa saja. Dan, jadi mahasiswa yang biasa-biasa pula.”
“Itu namanya tidak berprestasi.”
“Bagi saya, prestasi bukan menjadi anak yang pandai, kuliah di universitas ternama, jadi mahasiswa aktif, lalu go international.”
“Biarkan itu menjadi jalan hidup mereka yang kebal terhadap politisasi, kriminalisasi, dan diskriminasi.”
“Saya mau di Indonesia saja, bersama orang-orang yang dilupakan, tertindas di negerinya sendiri, bermimpi ke luar negeri pun tak pernah.”
“Tapi masih punya hati nurani!”