PARADIGMA !
Azan
‘isya sebentar lagi berkumandang. Sayub terdengar suara-suara sumbang, makin
lama makin tercerai oleh malam. Tapak demi tapak kaki seorang anak manusia
berjalan merambat di imajiku, membuat nadi terkoyak dan adrenalin terpacu
begitu kencang. Emosi?
Dan
azan pun berkumandang. Dua orang anak manusia duduk sejajar di depanku.
Berkeluh kesah (di radio galau). Kami terhenti sejenak...
Setelah
mengadapnya, kami lanjutkan “on air”.
Tak
jauh dari sudut mushola, nampak tiga orang srikandi menapaki arah
masing-masing. Berjalan dengan arah berbeda namun satu jurusan. Sambil berlalu
dari mushola, mereka terlihat berbincang dari hati ke hati.
“Pokoknya,
dia perlu diberi masukan,” celetuk Srikandi 1.
“Iya
benar. Masa sholatnya ndak becus seperti itu,” sahut Srikandi 2.
“Salain
itu, dia juga kerap membuat ulah,” timpal Srikandi 3.
Seorang
remaja tanggung menjadi objek gosip mereka. Berangkat ke mushola dengan niat
beribadah, tapi sayang sekali saudara-saudara... Harus diakhir dengan
membicarakan aib orang lain.
Kami
(yang di studio) mencoba menginterpretasikannya.
Sayang,
sang remaja tanggung tahu bahwa dia menjadi sasaran para srikandi. Tak bisa
dipungkiri, kebencian yang datang, perlahan turun ke hati lalu membeku seperti
batu. Benci kepada mereka, dan... Fatal! Dia “lari” dari mushola. Jauh, dan
semakin jauh dari mushola
Gosip jilid II
pun tersaji di hadapan para pemirsa.
“Wis sholate
ora genah, saiki malah ora tau jama’ah,” ujar Srikandi 1.
“Iya, kapan
berubahe nek kaya ngene,” imbuh Srikandi 2.
“Jan, wis
parah tenan, nek ngene ini dewe kudu bertindak!” tutur Srikandi 3.
Ya, pelan tapi
pasti. Si remaja tanggung di jauhi para srikandi. Nampak seperti sejoli yang
baru mengakhiri hubungannya. Berpapasan pun tak saling menegur.
Para srikandi
masih menggunjing, sedangkan si remaja tanggung mulai lenyap dari peradaban.
Lantas ini salah siapa?
Jika Islam
dinilai hanya dari salat dan mengaji
Andai shalat
dan mengaji mutlak mencerminkan seseorang
Kala seseorang
jauh dari itu
Apa dia kafir?