Purnama ‘*’
Malam
ini bulan purnama, aku duduk di atas genting menikmatinya. Ah, indah sekali
rupanya. Kutengok ke kanan, kiri. Tak ada siapa siapa. Menyendiri.
Bulan
purnama, atas genting, dan aku, adalah salah satu peradaban yang tak
terpisahkan. Entah bagaimana ceritanya, aku jadi suka purnama. Begitu elok nan
cantik. Kebahagiaan menghinggapiku hingga lelah menjemput. Walau sendiri.
Terdengar
buaian musik original negara kita yang bergemuruh sejak ba’da ‘isya. Tangan dan
kaki pun ikut bergetar seiring lantunan nada. Setidaknya, aku bisa merasakan
bahagia. Meski sendiri.
Aku
menyadari suatu hal, bahwa bahagia tidak semata-mata urusan materi, kursi, atau
wanita yang mau ditiduri. Bukan, bukan itu. Bagiku, bahagia itu sederhana. Sesederhana
aku menatap purnama. Hanya dibutuhkan kesabaran, untuk menanti purnama bulan
ini, depan, depannya lagi, dan seterusnya.